Tanjak sebenarnya adalah kain yang dililitkan sedemikian rupa di kepala. Walaupun kita lihat bentuk tanjak ini beragam dan beraneka macam, namun hampir semua pria dari suku Melayu memakai ini pada masa dahulu bahkan sampai sekarang seperti yang terlihat di acara Festival Seribu Tanjak Melayu kemaren di Rumah Adat Belitung.
Di acara festival ini, ada banyak aneka ikat kepala khas Melayu yang disebut tanjak beraneka warna terpajang rapi di Rumah Adat Belitung. Yang membuat lebih meriah ialah ketika ada beberapa orang tanpak mengenakan pakaian khas Negeri Laskar Pelangi, memang membuat suasana budaya Melayu terasa kental. Apalagi tampilan tarian diiringi musik Melayu, melengkapi keseruan pegalaran Festival Seribu Tanjak Melayu di saat itu.
Menurut Hatta, memperkenalkan tanjak dan budaya Melayu ini memang menjadi visinya. Pemuda Belitung yang kini menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta ini memperkenalkan aneka tanjak yang menjadi identitas bagi pria Melayu. Sehingga dengan hal ini, Hatta mendapat apresiasi dari Bupati Belitung.
Selain bupati, Lembaga Adat Melayu Belitung juga turut berbagga dengan pencampaian Hatta saat ini. “Bapak sekalian, kami sangat bangga terhadap adik kami yaitu Muhammad Hatta yang telah berupaya sedemikian rupa, mungkin dengan modal pribadi barangkali, dengan pemeran sebanyak ini, kami sangat sangat kagum dan tidak banyak orang seperti beliau ini, kami sangat menghargai ini…” ujar Lembaga Adat Melayu Belitung dalam kata sambutan di acara itu.
Dalam kata sambutan, pemilik Sanggar Seni Hatta Kabong ini pun memperkenalkan tiga tipe tanjak yang biasa dikenakan. Ada tanjak Getang-getang yang digunakan masyarakat umum, hingga sinding yang biasa dikenakan pesilat atau pendekar Belitung. Selain itu ada Tanjak Bolong Raje yang biasa digunakan para damang pada pemerintahan Belanda, Depati Raja dan Depati Amir.
Menampilkan karya tunggal, semua tanjak yang ditampilkan pun dijahit sendiri. Sesuai namanya Festival Seribu Tanjak, ikat kepala yang dibuatnya memang mencapai seribu buah. Untuk mempersiapkan acara ini, dirinya membutuhkan waktu hingga dua pekan. “Dampaknya, Hatta berharap mampu menunjang pariwisata Belitung, sehingga melalui budaya dapat mendukung pariwisata,” ujarnya di sela festival.
Saat Festival, busana Belitung dan Tanjak buatan Hatta juga dikenakan kepada para tamu dari berbagai ajang Male Pageant International. Pria dari berbagai Negara seperti Belanda dan Singapura itu pun tanpak akrab berfoto sambil mengenakan pakaian khas Melayu beraneka warna. Tidak hanya itu, beberapa Male Pageant Indonesia juga turut memeriahkan acara tersebut.
Aku harap acara festival ini tetap terus ada tiap tahunnya supaya para generasi penerus tetap mengenali budaya Melayu. Seperti slogannya Hatta “Salam Budaya. Pelestarian adat budaye Melayu Belitong. Tak kan pernah Melayu hilang di bumi.”
Yuk follow untuk mendapatkan info-info terupdate dari Mirwans.com